Di Rumah Saja (Stay Home) Covid-19 Pandemic
DI RUMAH SAJA (STAY HOME) COVID-19 PANDEMIC
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan Allah.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang Allah karuniakan kepada seluruh makhluk-Nya.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas semua nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan taat kepada-Nya.
Nikmat Allah yang Allah karuniakan kepada kita sangatlah banyak tidak terhingga. Semua yang ada pada kita, yang kita peroleh dan nikmati, dan yang diperoleh dan dinikmati oleh seluruh makhluk, semua datangnya dari Allah Rabbul ‘Aalamiin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [An-Nahl/16: 53]
Diantara nikmat yang besar adalah nikmat Islam, nikmat iman, nikmat sunnah, nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat diberikan ilmu yang bermanfaat, diberikan taufiq oleh Allah untuk membaca al-Qur’an, hadits, buku-buku yang bermanfaat dan tulisan-tulisan yang bermanfaat yang dapat menambah ilmu, iman, dan amal sholeh. Mudah-mudahan yang saya tulis ini termasuk ilmu yang bermanfaat, yang kita selalu mohon kepada Allah setiap pagi agar diberikan ilmu yang bermanfaat.
Do’a beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang juga selalu kita minta kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَ رِزْقًا طَيِّبًا وَ عَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada- Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amalan yang diterima.”[1]
Sekarang ini himbauan Pemerintah dan pihak-pihak yang terkait menghimbau kita untuk “DI RUMAH SAJA”. Karena itu sejak awal Maret 2020, sejak tersebarnya wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia, semua sekolah, kampus, dan pondok-pondok diliburkan. Begitu pula yang kerja dikantor-kantor dan lainnya juga dianjurkan untuk kerja dirumah.
Himbauan ini baik, dan kita bersyukur kepada Allah dengan adanya himbauan ini. Himbauan pemerintah ini dalam rangka menarik maslahat dan menolak bahaya. Upaya pemerintah supaya memperkecil dan mempersempit penyebaran wabah virus corona di seluruh daerah dan kota di Indonesia.
Himbauan “DI RUMAH SAJA”, Alhamdulillah sudah berjalan hampir di seluruh Indonesia. Nah, sekarang bagaimana sikap kita dengan himbauan ini dan bagaimana sikap kita sebagai seorang Muslim bermuamalah dengan himbauan ini?
1. Himbauan ini “DI RUMAH SAJA”, sebenarnya sudah diperintahkan oleh Allah kepada para wanita, agar mereka diam di rumah. Tidak boleh mereka keluar rumah kecuali ada izin dari suaminya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya” [Al-Ahzab/33: 33]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita adalah aurat. Apabila ia keluar (rumah), maka syaitan mengintainya dan menghiasinya dari pandangan laki-laki.”[2]
Dalam Islam, yang wajib memberikan nafkah adalah suami. Maka suami diperintahkan untuk keluar rumah mencari nafkah. Wanita tidak diperbolehkan keluar rumah kecuali dengan izin suami.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah berkata, “Tidak boleh baginya untuk keluar rumah tanpa seizin suami. Keluar tanpa izin suami menjadikannya telah berbuat durhaka dan bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan wanita tersebut berhak mendapatkan hukuman.”[3]
Allah Ta’ala memberikan rezeki kepada seluruh makhluk- Nya. Istri dan anak dikaruniai rezeki oleh Allah dengan perantaraan suami dan orangtua. Karena itu, seorang istri harus bersyukur dengan nafkah yang diberikan suami. Sekecil apa pun pemberiannya wajib disyukuri, dan ia harus merasa cukup dan bersikap qana’ah (puas diri) terhadap apa yang telah diberikan suami.
Syari’at Islam telah menjaga, memelihara, dan memuliakan para wanita agar mereka tetap tinggal di rumah mereka. Dan ini merupakan fithrah wanita yang Allah ciptakan mereka di atasnya. Wanita di rumah saja mempunyai tugas yang mulia, yaitu berbakti kepada kedua orangtuanya, membantu orangtuanya terutama ibunya, membantu mengurus urusan rumah tangga. Ketika dia sudah menikah, maka dia mengurus rumah tangga suaminya dan wajib taat kepada suaminya. ketika dia melahirkan, maka dia mengurus bayinya, menyusuinya, mengurus keperluannya, dan seterusnya sampai mendidik anak- anaknya.
Kalau diperintah istri untuk di rumah saja, bukan berarti bahwa mereka tidak boleh keluar. Boleh mereka keluar untuk memenuhi kebutuhannya seperti belanja untuk kebutuhan sehari-hari, untuk kebutuhan suami dan anak- anaknya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
قَدْ أَذِنَ اللهُ لَكُنَّ أَنْ تَخْرُجْنَ لِحَوَائِجِكُنَّ
“Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kalian (para wanita) keluar rumah untuk keperluan (hajat) kalian.”[4]
2. Himbauan “DI RUMAH SAJA”, banyak sekali manfaatnya, yang sudah jelas agar kita semua dan keluarga kita terhindar dari wabah virus corona dan yang manfaat lagi adalah dengan adanya musibah ini dan himbauan ini kita bisa berkumpul dengan keluarga dalam waktu yang lama. Liburan ini tidak diduga-duga, semuanya Allah yang atur dan kehendaki apa saja yang terjadi di langit dan di bumi.
Kita bersyukur kepada Allah bisa kumpul dengan keluarga. Betapa banyak orangtua yang sibuk setiap harinya untuk kerja, atau dagang, atau tugas, atau sebagai guru dan pegawai, yang waktunya habis diluar rumahnya bahkan ada yang kerja dari pagi sampai malam, berangkat setelah subuh, bahkan ada yang sebelum subuh sudah berangkat kerja, dan baru pulang malam hari. Otomatis yang seperti ini tidak bertemu dengan anak-anak dan tidak bisa mendidik anak-anaknya. Allahul Musta’aan (hanya kepada Allah kita minta pertolongan).
Kita bersyukur kepada Allah bisa kumpul dengan keluarga, bapak, ibu dan anak-anak semua kumpul di rumah. Apa yang harus kita lakukan? Tentunya kita harus melakukan dan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat dengan kumpul bersama keluarga ini kesempatan yang berharga bagi orangtua untuk mendidik anak-anaknya di rumah. Orang tua punya peran yang besar dalam pendidikan anak.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Tidaklah seorang bayi dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”[5]
Di dalam hadits ini jelas sekali peran orangtua, sebab anak itu tetap dalam agama Islam adalah buah dari pendidikan orangtuanya. Begitu pula anak itu jadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi dengan sebab pendidikan orangtuanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [At-Tahrim/66: 6]
Menjaga keluarga dari api neraka mengandung maksud menasihati mereka agar taat, bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla dan mentauhidkan-Nya serta menjauhkan syirik, mengajarkan kepada mereka tentang syari’at Islam, dan tentang adab-adabnya. Para Shahabat dan mufassirin menjelaskan tentang tafsir ayat tersebut sebagai berikut:
Ali bin Thalib Radhiyallahu anhu berkata, “Ajarkanlah agama kepada keluarga kalian, dan ajarkan pula adab-adab Islam”
Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma berkata: ”Laksanakanlah ketaatan kepada Allah, takutlah dan berhati-hati jangan berbuat maksiat kepada Allah, perintahkan keluarga kalian untuk (selalu) berdzikir kepada Allah, maka Allah akan selamatkan kalian dari (siksa) api Neraka”.
Qatadah rahimahullah berkata, “Suruh keluarga kalian untuk taat kepada Allah! Cegah mereka dari berbuat maksiat!
Hendaknya mereka melaksanakan perintah Allah dan bantulah mereka! Apabila kalian melihat mereka berbuat maksiat, maka cegah dan laranglah mereka!”
Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata : “Ajarkan keluarga kalian untuk taat kepada Allah Azza wa Jalla yang (hal itu) dapat menyelamatkan diri mereka dari api Neraka.”
Imam asy-Syaukani rahimahullah mengutip perkataan Ibnu Jarir: “Wajib atas kita untuk mengajarkan anak-anak kita Dienul Islam (agama Islam), serta mengajarkan kebaikan dan adab-adab Islam.”[6]
Pendidikan pertama yang wajib diajarkan oleh orangtua adalah agar anak tersebut mentauhidkan Allah dan menjauhkan syirik.
Mendidik anak dengan cara-cara yang baik dan sabar agar mereka mengenal dan mencintai Allah, yang menciptakannya dan seluruh alam semesta, mengenal dan mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang pada diri beliau terdapat suri teladan yang mulia, serta agar mereka mengenal dan memahami Islam untuk diamalkan
Ajarkanlah Tauhid kepada anak, yaitu bagaimana mentauhidkan Allah, dan jauhkan serta laranglah ia dari berbuat syirik. Sebagaimanan nasihat Luqman kepada anaknya,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’” [Luqman/31: 13]
Ajarkanlah kalimat-kalimat yang baik, seperti ajarkan kalimat Allah, Bismillah, Allahu Akbar, Alhamdulillah. Setiap mau makan ajarkan dengan tangan kanan, baca Bismillah.
Begitu pula ajarkan dan dengarkan bacaan al-Qur’an, dari mulai surat al-Fatihah, surat-surat yang pendek. Dibimbing terus setiap hari siang-malam.
Usahakan mengatur waktu untuk selalu dan senantiasa membaca Al-Qur`an setiap hari. Membaca Al-Qur`an pahalanya besar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur`an, akan mendapatkan satu kebaikan. Sedang satu kebaikan akan dilipatkan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan, ‘Alif laam miim, satu huruf.’ Akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, dan mim satu huruf.”[7]
Usaha ini (baca al-Qur’an dan mengajarkannya) harus terus dijalankan, meskipun mungkin di sekitar tempat tinggal kita tidak ada sekolah semacam tahfizhul Qur’an. Kita dapat mengajarkan hal serupa di rumah kita, sendiri, sesuai dengan kemampuan kita, karena secara hakikat atau pada dasarnya al-Qur’an itu mudah.
Kemudian tegakkan shalat dan ajarkan anak-anak tentang wudhu dan shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman agar kita menyuruh keluarga kita untuk shalat.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” [Thaha/20: 132]
Diantara do’a Nabi Ibrahim Alaihissalam agar Allah menjadikan beliau dan anak cucunya mendirikan shalat.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” [Ibrahim/14: 40]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan kalau sudah berusia sepuluh tahun meninggalkan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).”[8]
Mengajak istri dan anak kita untuk mengerjakan shalat pada awal waktu ialah salah satu perintah dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk tetap sabar dalam menunaikan kewajiban tersebut, termasuk sabar dalam mengingatkan istri dan anak kita untuk tetap menegakkannya.
Keberadaan orangtua di rumah mempunyai pengaruh yang besar bagi anak-anaknya. Anak akan melihat, mencontoh orangtuanya dalam menegakkan ibadah kepada Allah. Orang tua wajib mendidik anak-anaknya agar menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.
Kesempatan berada di rumah saja adalah merupakan nikmat yang besar yang Allah karuniakan kepada kita, maka apa yang harus kita lakukan bersama anak-anak kita:
PERTAMA
Gunakan waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang bermanfaat. Jangan ada waktu yang terbuang dengan sia-sia, atur waktu dari mulai sebelum subuh sampai menjelang tidur lagi.
- Ayah, ibu dan anak-anak wajib baca al-Qur’an. Setiap hari harus baca al-Qur’an, bisa diatur setelah shalat subuh, sore, setelah Ayah baca, ibu baca, dan anak- anak juga baca al-Qur’an. Baca juga terjemahnya supaya kita tahu isi al-Qur’an. Orangtua baca dan anak-anak juga diperhatikan bacaannya. Ini harus rutin setiap hari baca al-Qur’an. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur-an, sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada para pembacanya…”[9]
- Baca buku-buku yang bermanfaat. Baca buku Prinsip Dasar Islam, Menuntut Ilmu jalan Menuju Sorga, Syarah Kitab Tauhid, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Sifat Wudhu dan Shalat Nabi , Do’a dan Wirid, Dzikir Pagi dan Petang, dan buku-buku yang bermanfaat lainnya.
- Kedua orangtua dan anak-anak jangan sibuk main Handphone, banyak waktu yang terbuang dengan sia- sia dengan sebab main Handphone, jangan sibuk dengan Facebook, Whatsapp, main game, nonton Televisi, nonton berita, dan lainnya. Sibuk dengan media sosial buang- buang waktu. Waktu kita lebih berharga dari emas, perak, dan mutiara. Waktu adalah kehidupan kita. Waktu yang berlalu tidak akan kembali. Sibukkan dengan ilmu dan amal-amal sholeh. Waktu kita, umur kita akan ditanya oleh Allah di hari Kiamat.
Allah Azza wa Jalla berfirman’
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” [Al-Ashr/103: 1-3]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan; tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan; tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia habiskan; dan tentang tubuhnya -capek dan letihnya- untuk apa ia gunakan.”[10]
KEDUA
Lakukan Amal-Amal Sholeh.
1. Kerjakan shalat-shalat sunnah di rumah:
- Shalat tahajjud dan witir
Seorang suami membangunkan istrinya begitu pun sebaliknya seorang istri membangunkan suaminya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
إِذَا أَيقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللَّيْل فَصَلَّيا أَوْ صَلَّى ركْعَتَينِ جَمِيعًا، كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ
“Apabila seorang suami membangunkan istrinya pada malam hari, lalu keduanya shalat -atau masing-masing melakukan shalat- dua raka’at maka keduanya dicatat sebagai laki-laki dan wanita yang banyak mengingat Allah”[11]
Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ رَشَّ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى رَشَّتْ فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di tengah malam lalu shalat dan membangunkan istrinya lalu istrinya pun shalat. Jika istrinya enggan, maka ia memercikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun di tengah malam lalu shalat dan membangunkan suaminya lalu suaminya pun shalat. Jika suaminya enggan, maka ia memercikkan air ke wajahnya.”[12]
- Shalat sunnat rawaatib (sebaiknya dikerjakan di rumah).
- Shalat dhuha (dikerjakan di rumah bisa dua raka’at sampai delapan raka’at).[13]
2. Kerjakan Shalat lima waktu di Masjid dengan berjama’ah di Masjid
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya yang memakmurkan mesjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” [At- Taubah/9: 18]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
فَعَلَيْكُمْ بِالصَّلاَةِ فِي بُيُوْتِكُمْ، فَإِنَّ خَيْرَ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ، إِلاَّ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوْبَةَ.
“Kerjakanlah shalat (sunnah) di rumah kalian. Karena sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dikerjakan di rumahnya, kecuali shalat wajib”[14]
Apabila kondisi hari ini (Kamis 7 Sya’ban 1441 H/ 2 April 2020) Pemerintah, MUI, dan pihak-pihak terkait mengumumkan shalat Jum’at sementara ditiadakan[15], berarti kita melaksanakan shalat Zhuhur. Maka ini juga kesempatan bagi bapak-bapak untuk menjadi imam shalat di rumah, mengimami istri dan anak-anaknya.
Setiap orangtua (Bapak) wajib jadi pemimpin untuk seluruh urusan rumah tangganya, baik shalat, pendidikan, nafkah, wali, dan yang lainnya. Dan setiap orangtua akan ditanya oleh Allah tentang apa yang dipimpinnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعيّتِهِ, والأميرُ راعٍ, والرّجُلُ راعٍ على أهلِ بيتِهِ, والمرأةُ رَاعِيَّةٌ على بيتِ زوجِها وَوَلَدِهِ, فكلّكم راعٍ وكلّكم مسئولٌ عنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya atas orang yang dipimpinnya.”[16]
Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
إِنَّ اللهَ سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ أَحَفِظَ ذَلِكَ أَمْ ضَيَّعَ؟ حَتَّى يَسْأَلَ الرَّجُلَ عَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ.
“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya, apakah ia pelihara ataukah ia sia-siakan, hingga Dia bertanya kepada seorang laki-laki tentang keluarganya.”[17]
3. Perbanyak baca Dzikir di rumah dan baca al-Qur’an, terutama surat al-Baqarah.
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا﴿٤١﴾وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا﴿٤٢﴾هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang- orang yang beriman.” [ Al-Ahzab/33: 41-43]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ! إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqarah.”[18]
4. Keluarkan Zakat dan Perbanyak Sedekah
Kondisi wabah seperti ini banyak sekali orang yang butuh bantuan, banyak sekali orang-orang mengalami kesulitan hidup, sanak family kita, tetangga-tetangga kita yang miskin banyak yang susah, pedagang-pedagang kecil, pedagang-pedagang yang ada di sekolah-sekolah maupun di kantor-kantor, mereka tidak berdagang karena libur, begitu pula pekerja dan guru Honorer, dan lainnya, mereka semua sedang mengalami kesulitan.
Kesempatan sekarang ini keluarkan zakat, berikan kepada mereka dan juga perbanyak sedekah. Semua yang kita sedekahkan dan infakkan sekecil apapun pasti diganti oleh Allah Ta’ala. Allah Subhanhu wa Ta’ala berfirman.
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah, ‘Sungguh, Rabb-ku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang terbaik.” [Saba’/34: 39]
Ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sedekah banyak sekali, begitu juga keutamaannya.[19]
Setiap suami dan istri dianjurkan untuk memperbanyak sedekah, karena sedekah akan menghapuskan kesalahan- kesalahan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْـخَطِيْئَةَ كَمَـا يُطْفِئُ الْـمَـاءُ النَّارَ
“…Sedekah dapat menghapus kesalahan sebagaimana air dapat memadamkan api…”[20]
Sedekah yang dimaksudkan di sini adalah harta yang dikeluarkan selain zakat. Ketahuilah bahwa manfaat sedekah banyak sekali, seperti membersihkan harta, melapangkan dada, menambah rezeki, menghapuskan dosa, dan selainnya.
Allah Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang yang mendapat ganjaran yang besar dan orang yang bahagia, disebutkan adalah orang-orang yang sering-sering bersedekah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki- laki maupun perempuan, dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.” [Al-Hadiid/57: 18]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sangat menganjurkan bagi wanita untuk banyak sedekah, karena kaum wanita paling banyak menjadi penghuni Neraka. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
يا معشر النساء تصدّقن ولو من خليْكُنْ، فإنكنّ أكثرُ أهل جهنم يوم القيامة
“Wahai kaum wanita, bersedekahlah! Meskipun dengan perhiasan kalian. Sesungguhnya pada hari Kiamat, kalian adalah penghuni Neraka yang paling banyak.”[21]
KETIGA
Kesempatan di rumah saja untuk makan sama-sama, tidak pisah, tidak masing-masing, tidak sendiri-sendiri. Ketika orangtua ada di rumah biasakan untuk makan sama-sama, bareng-bareng, tidak sendiri-sendiri. Banyak rumah tangga apabila tiba waktu makan, maka mereka makan masing-masing, sendiri-sendiri, tidak berjama’ah, ini perbuatan yang tidak bagus. Ibunya dan pembantunya masak, sesudah masak semua kemudian disiapkan dan disajikan di meja makan. Anak-anak dan orangtua makannya pisah. Ini tidak baik.
Yang terbaik makan itu kumpul, bareng-bareng, sama- sama. Karena dengan berkumpul kita bisa ngobrol dengan anak-anak, mendengar cerita mereka, dan masukan mereka, atau bisa juga kita memberikan nasehat kepada mereka di saat makan bersama, dan makan bersama keluarga membawa kepada keberkahan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَامِكُمْ، فَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهَ عَلَيْهِ! يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ
“…Berkumpullah atas makanan kalian (artinya berkumpul ketika makan sama-sama), sebutlah nama Allah Ta’ala ketika mulai makan (artinya bacalah Bismillah), maka Allah akan berkahi makanan kalian.”[22]
Kepada orangtua hendaklah mengajarkan anaknya membaca bismillah ketika hendak makan, menggunakan tangan kanan, Ingat, Menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum hukumnya wajib dan haram menggunakan tangan kiri, kemudian ajarkan membaca doa setelah makan, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini[23]
Doa Sebelum Makan:
بِسْمِ اللهِ
“Dengan nama Allah (aku makan).”
Dan ketika lupa, hendaklah membaca:
بِسْمِ اللَّه فِي أَوَّله وَآخِره
“Dengan nama Allah pada awal serta pada akhirnya.”
Atau membaca:
بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
“Dengan nama Allah, awal dan akhirnya.”
Dan setelah makan hendaknya membaca:
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku, dan Dia yang telah memberi rezeki kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku.”
Atau membaca:
اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدِّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنِى عَنْهُ رَبَّنَا
“Segala puji bagi Allah (aku memuji-Nya) dengan pujian yang banyak, yang baik, dan penuh berkah, yang senantiasa dibutuhkan, diperlukan, dan tidak akan bisa ditinggalkan (pengharapan kepada-Nya), wahai Rabb kami“
KEEMPAT
Kepada para orangtua, selama di rumah, ajarkan anak- anak Dzikir pagi dan petang dan do’a-do’a dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Dan dalam kondisi seperti ini baca terus dzikir dan do’a-do’a perlindungan dari wabah virus corona ini dan penyakit-penyakit yang buruk.
Baca Dzikir pagi dan petang dan baca do’a-do’a.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: barangsiapa membacanya tiga kali ketika pagi dan sore, maka tidak ada yang membahayakan dirinya.
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dengan menyebut nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang akan membahayakan, baik di bumi maupun langit. Dialah Yang Maha Mendengar dan Yang Maha Mengetahui.”[24]
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf (ampunan) dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf (ampunan) dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib ataupun sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan kedalam bumi).”[25]
اللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ اَلْأَخْلَاقِ، وَالْأَهْوَاءِ، وَالْأَعْمَالِ، وَالْأَدْوَاءِ
“Ya Allah, jauhkan aku dari berbagai macam kemungkaran akhlak, hawa nafsu, dan amal perbuatan, serta segala macam penyakit.”[26]
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، والجُنُونِ، والجُذَامِ، وَسَيِّئِ الأسْقَامِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, lepra dan keburukan segala macam penyakit.”[27]
Mudah-mudahan Allah Ta’ala memberikan Taufiq kepada kita untuk mengamalkan apa-apa yang Allah cintai dan ridhai dan mudah-mudahan Allah Ta’ala menyelamatkan kita dan keluarga kita dari wabah virus corona, dari berbagai bencana, dan dari berbagai macam penyakit yang buruk. Aamin.
KELIMA
Kepada anak-anak yang laki maupun perempuan, dengan di Rumah Saja, kesempatan yang baik untuk berbakti kepada kedua orangtua, kesempatan emas untuk Masuk Sorga. Kepada anak-anak laki dan perempuan liburan dadakan seperti ini jarang terjadi, semua sekolah, pondok, kampus, dan tempat kerja diliburkan sementara, sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Ini program di Rumah Saja, wajib dimanfaatkan untuk berbuat baik kepada kedua orangtua, karena berbuat baik kepada kedua orangtua ganjaran dan pahalanya sangat besar.
Anak-anak di Rumah Saja bukan untuk tidur melulu, bukan untuk main Handphone, bukan untuk main game, bukan untuk nonton film atau berita, tapi untuk muraja’ah (mengulang) pelajaran, baca al-Qur’an, baca buku-buku yang bermanfaat, dan yang tidak kalah penting yaitu membantu orangtua, kalau disuruh jangan durhaka kepada kedua orangtua, kalau disuruh oleh keduanya langsung kerjakan, jangan membantah, jangan ucapkan perkataan “ah”, jangan menengking orangtua, jangan menghardik orangtua.
Ingat, jangan sekali-kali durhaka kepada kedua orangtua, karena durhaka kepada kedua orangtua merupakan dosa besar yang paling besar, anak yang durhaka hidupnya tidak akan bahagia, anak yang durhaka akan dibalas di dunia dan akan disiksa di Neraka.[28]
Seorang anak harus selalu dan senantiasa mendo’akan orangtuanya siang dan malam, karena jasa orangtua sangat besar, tidak dapat dibalas dengan apapun juga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا﴿٢٣﴾وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepadamu agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orangtua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu maka janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana keduanya mendidikku di waktu kecil.’” [Al-Israa’/17: 23-24]
KEENAM
Kepada orangtua panjatkan do’a terus kepada Allah agar Allah menjadikan kita, anak-anak, dan cucu-cucu kita orang-orang yang sholeh dan sholehah, taat kepada Allah, berbakti kepada kedua orangtuanya, dan berakhlak yang mulia, bermanfaat buat dirinya, keluarganya dan kaum Muslimin.
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” [ Al-Mukmin (Ghaafir)/40: 60]
رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ
“Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.” [Ibrahim/14: 35]
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-Furqaan/25: 74]
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ﴿٤٠﴾رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat).” [Ibrahim/14: 40- 41]
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”[An-Naml/27: 19]
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي ۖ إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridhoi; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertobat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” [Al-Ahqaf/46: 15]
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” [Al-Baqarah/2: 201]
Mudah-mudahan penjelasan tentang “DI RUMAH SAJA” ini bermanfaat bagi penulis dan kaum Muslimin.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para Shahabatnya, dan orang-orang yang mengamalkan dan membela Sunnah beliau sampai akhir zaman.
Penulis
Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Kamis, 8 Sya’ban 1441 H/ 2 April 2020
_______
Footnote
[1] Shahih: HR Al-Humaidi (I/143 no. 299), Ahmad (VI/322), Ibnu Majah (no. 925), Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah (no. 110) dan an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah (no. 102), dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha
[2] Shahih: HR. at-Tirmdzi (no. 1173), dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu
[3] Majmuu’ Fataawaa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (XXXII/281).
[4] Shahih: al-Bukhari (no. 5237), Muslim (no. 2170), Ahmad (VI/56), dan al-Baihaqi (VII/88), dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha
[5] Shahih: Al-Bukhari (no. 1358) dan Muslim (no. 2658), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[6] Lihat Tafsiir ath-Thabari (XII/156-157) Darul Kutub Ilmiyah, Tafsiir Ibnu Katsir (VIII/167) cet. Daar Thaybah, dan Tafsiir Fat-hul Qadiir (V/253) cet. Darul Fikr
[7] Shahih: HR. At-Tirmidzi (no. 2910), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu
[8] Hasan : Abu Dawud (no. 495), Ahmad (II/180, 187) dengan sanad hasan, dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radhiyallahu anhum. Setiap orangtua usahakan baca buku “Sifat Wudhu dan Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.Yazid bin Abdul Qadir Jawas -Pustaka Imam Syafi’i Jakarta
[9] Shahih: HR. Muslim (no. 804).
[10] Shahih: At-.ITirmidzi (no. 2417), ad-Darimi (I/135), dan Abu Ya’la dalam Musnadnya (no. 7397) dari Shahabat Abu Barzah Nadhlah bin ‘Ubaid Al-Aslami Radhiyallahu anhu
[11] Shahih : Abu Dawud (no. 1309) dan Ibnu Majah (no. 1335), dari Shahabat Abu Sa’id dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma
[12] Hasan : Abu Dawud (no. 1308), an-Nasa-i (III/205), dan Ibnu Majah (no. 1336), lafazh ini milik Ibnu Majah, dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[13] Lihat “AMALAN SUNNAH SETAHUN” penerbit Khazanah Fawa-id-Depok, Ke-3 1440 H/Juli 2019 M.
[14] Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 731, 6113, 7290), Muslim (no. 781), Ahmad (V/182, 187), Abu Dawud (no. 1447), ad-Darimi (I/317), Ibnu Khuzaimah (no. 1204), dan Ibnu Hibban (no. 2482–At-Ta’liiqaatul Hisaan). Lafazh ini milik Muslim.
[15] Himbauan itu untuk sementara waktu saja, adapun di tempat yang aman, tidak terkena wabah, dan bagi orang yang tidak sakit dan tidak takut, maka kembali kepada hukum asalnya, bahwa laki-laki wajib shalat berjama’ah dan Jum’at di masjid. Dan ini merupakan perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wajib dilaksanakan. Mudah-mudahan dengan shalat dan do’a kaum Muslimin di masjid-masjid Allah, maka Allah angkat wabah virus corona ini. Aamiin.
[16] Shahih: HR. al-Bukhari (no. 893, 5188, 5200), Muslim (no. 1829), Ahmad (II/5, 54-55, 111) dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma. Lafazh ini milik al-Bukhari
[17] Shahih: an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa› (no. 292) dan Ibnu Hibban (no. 1562-Mawaarid dan no. 4475, 4476-at-Ta’liiqaatul Hisaan) dari Shahabat Anas bin Malik
[18] Shahih : HR. Muslim (no. 780), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[19] Baca buku “Sedekah Sebagai Bukti Keimanan dan Penghapus Dosa”; Yazid bin Abdul Qadir Jawas-Pustaka at-Taqwa Bogor-.
[20] Shahih : HR. Muslim (no. 780), dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[21] Shahih: HR. at-Tirmidzi (no. 635), Ahmad (I/425, 433), al-Hakim (IV/603), Ibnu Hibban (no. 4234-at-Ta’liiqaatul Hisaan) dari Zainab, istri Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhuma
[22] Hasan: Abu Dawud (no. 3764), Ahmad (III/501), Ibnu Majah (no. 3287), Ibnu Hibban (no. 5201-at-Ta’liiqaatul Hisan), al-Hakim (II/103), dari Wahsyiy bin Harb bin Wahsyi dari ayahnya Radhiyallahu anhu
[23] Silahkan lihat buku Doa & Wirid, 262-263 cet ke 34, Pustaka Imam Assyafi’i- Jakarta.
[24] Shahih: HR At-Tirmidzi (no. 3388), Abu Dawud (no. 5088), Ibnu Majah (no.3869), al- Hakim (I/514), dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Lihat Do’a & Wirid; Yazid bin Abdul Qadir Jawas, (hlm 169-cet. Ke-34).
[25] Shahih: HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no. 1200), Abu Dawud (no. 5074), an- Nasai (VIII/282) dan Ibnu Majah (no. 3871), al-Hakim (I/517-518), dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Lihat Do’a & Wirid (hlm 167-cet. Ke-34).
[26] Shahih: HR Ibnu Hibban (no. 956-at-Ta’liiqaatul Hisan), al-Hakim (I/532) dan dia menyatakan “Shahih menurut syarat ” Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lihat Shahih al-Adzkar (1187/938).
[27] Shahih: HR Ibnu Hibban (no. 956-at-Ta’liiqaatul Hisan), al-Hakim (I/532) dan dia menyatakan “Shahih menurut syarat ” Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lihat Shahih al-Adzkar (1187/938).
[28] Untuk lebih jelasnya masalah ini, silahkan baca buku “Birrul Walidain, Berbakti Kepada Kedua Orangtua”; Yazid bin Abdul Qadir Jawas-Pustaka Imam asy-Syafi’i Jakarta-.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/14885-di-rumah-saja-stay-home-covid-19-pandemic.html